Thinker Vs Feeler




Orang-orang selalu menyalahkan thinker karena kejujuran mereka yang melukai feeler.. padahal itu untuk kebaikan feeler..

Tapi apa kalian berpikir? feeler juga melukai thinker akan kepalsuan dan kebohongan mereka.. Alih-alih menjaga perasaan thinker..ini dan itu..

Thinker dituntut untuk menjaga kejujuran mereka, perkataan mereka, kebenaran mereka demi kebanyakan manusia yang adalah feeler.

Ketika thinker & feeler dihadapkan 2 orang yg menyukai mereka, mereka akan memilih salah 1.

Thinker : Akan menolak yg mereka tidak sukai dengan gamblang atau bahkan dengan cara yang menyakitkan jika diperlukan.

Feler : Akan menolak pelan-pelan, mengulur waktu, adakalanya PHP, bingung gimana menolaknya, hide status, bahkan ada yang ekstrem sampai berbohong bahwa ia dijodohkan dan segala macam.. hanya karena apa? takut menyakti perasaan org tsb.

Thinker akan dikutuki, disumpahi, dimaki-maki karena sikap mereka. Sedangkan feeler akan dipuji, dibangga, disayang, namun hanya diawal, karena pada akhirnya mereka yang sadar kebohongan mereka pun akan menjadi kesal. Yang intinya pada akhirnya akan sama-sama menjengkelkan.

Serba salah? iya!

Rumit? Gak, jika terjadi bukan pada orang yang bersahabat, orang yang dekat. Karena org terdekat harusnya adalah orang yang paling tahu bagaimana cara kita berpikir dan mengambil keputusan.

***

Gak ada yang salah dengan feeler dan thinker. Semua punya hak menentukan bagaimana mereka memutuskan sesuatu.

Kita berkumul sehari-hari, bercampur, bersosialisasi, berteman bahkan bercinta. Gak semua orang adalah observer, yang hobinya mengamati si A feeler, si B thinker, mengamati bagaimana orang berhubungan dsb. Sedangkan sebagian besar BODO AMAT!.

Dimata observer, ada banyak kesalahpahaman dan kebohongan diantara kita semua. Politik, agama, sejarah dan segala macamnya.

Dan kadang apa yang dilihat 'mata' (intuisi ataupun sonsorik) tidak dapat diungkap dengan kata-kata. Sehingga mereka para observer hanya mampu diam memperhatikan.

Semisal, Seorang Thinker yang sebagaimana kita tahu adalah orang yang CUEK. Namun harusnya orang yang mengenalnya sangat dekat tahu, bahwa dia hanya cuek pada hal-hal yang dianggap gak penting. Dan ketika ada yang bermasalah pada apa yang dia anggap penting, Dia bisa sangat meledak-ledak atau diam seperti batu. Bagaimanapun juga thinker memiliki perasaan. Hanya kurang pandai menata dan mengatur hatinya, sehingga ada titik dimana perasaan dan hatinya menjadi LIAR dan ia menjadi kehilangan kendali. sehingga sikap ini dianggap sensitif bagi orang yg hanya mengenal diluar, padahal dia jarang kacau seperti itu, sebagaimana thinker mereka dikenal humoris.

Berbeda dengan Feeler, dimata kebanyakan manusia mereka adalah orang yang care, hangat, dan menyenangkan. Ketika sedih mereka sedih, kita bahagia mereka bahagia..hanya melakukan tugas hati mereka saja. Mereka dengan epiknya mengatur hati mereka, bahkan pada level kecerdasan emosi yang tinggi mereka mampu menyembunyikan & menampilkan perasaan apa yg harus ditunjukkan kepada orang2. Pada tingkatan ini feeler dianggap bukan orang yg SENSITIF pdhl setiap malam dikamarnya yg gelap mereka menangis tiada henti.

Kemudian dua jenis manusia ini bercampur pada level masing2. Ibarat penumpang sebuah perahu.

Mereka yang tidak mencoba mengenal dirinya, hanya membiarkan diri mereka terbawa arus jaman.. entah tenggelam atau terdampar nantinya. Karena sibuk melihat keluar perahu.

Sedangkan sedikit, sedikiiiiiit yang mencoba mengenal diri mereka akan sadar apa tujuan mereka, kemana arah mereka, Tapi yang lebih penting dari itu adalah mengetahui bagaimana kondisi perahu yang mereka taiki terlebih dulu. Kayunya rapuhkah? ada yang bocor kah? bahan bakarnya cukupkah?

Thinker akan memperbaiki cara berperasaannya, begitu juga feeler akan memperbaiki cara berpikirnya.

Jangan pernah sekali-kali feeler berpikir seperti ini, "Gw bohong karena gw jaga perasaan dia! harusnya dia ngerti dong!!"

Silahkan jaga perasaan tapi lihat kepada siapa? Dan sekali-kali ragukan apa yg kalian lakukan, bisa jadi itu salah. Hidup terlalu singkat hanya dengan benar dan salah.

Cara Thinker menjaga perasaan berbeda dengan feeler. Mereka sadar hati mereka lemah, itu sebabnya Sang Hati mereka percayakan pada Otak mereka. Ketika seseorang jujur, thinker akan memperoses kejujuran itu menelaah, menganalisisnya sebelum mereka masukkan kedalam hati. Tapi ketika disuguhkan dengan kebohongan, Otak akan merasa terhina karena sebelumnya Otak percaya, sehingga Otak malas bekerja menerima suguhan itu alhasil suguhan itu masuk mentah2 kedalam hati. Hatinya yang lemah. Ditambah jika yang berbohong adl org yg dipercaya, Otak akan semakin menyalahkan hati, "Nih org yang u percaya. Gw udh bilang jangan percaya siapapun!" Hancur. Mereka gak akan ragu-ragu merubah sikap mereka pada si pembohong. Ada yang straight, ada juga yang perlahan tapi pasti. Mereka akan lebih waspada.

Disisi lain... Feeler, Jika menerima kejujuran.. Mentah2 mereka telan. Jika kejujuran itu menyenangkan mereka akan Senang, jika menyedihkan.. mereka sedih. Mentaahan yang hati terima diteruskan ke otak, Otak si penyampai pesan keseluruh tubuh menyampaikan pesan kesedihan itu. Pada sebagian feeler yg kurang cerdas secara emosial akan begitu jelas kesedihan tampak pada apa yang mereka kerjakan. Semuanya jadi KACAU.  Atau bahkan pada yang cerdas secara emosional pun, didalam mereka simpan kesedihan itu meski orang melihat mereka tertawa. Jika menerima kebohongan yang menyenangkan, mereka akan menerima dengan senang, sesuai keinginan hati mereka 'senang'.Dan hari-hari akan berjalan baik.

Namun, Feeler yg intuitive akan meragukan, karena mereka sensitif akan kebohongan. Sedangkan sensorik, mereka juga pada akhirnya melihat semua kebohongan. Begitu banyak waktu yang dihabiskan untuk DRAMA-DRAMA ini. Yang pada akhirnya akan ketahuan juga kebohongan itu. Kembali ke si Hati, ada yg merasa terhina.. sehingga kebohongan itu gak akan termaafkan. Ada juga si hati pemaaf.Masalahnya gak semua pemaaf, sehingga bagi kebanyakan orang lebih baik berbohong pada feeler atau urusan jadi repot.

Tapi jelas berbohong pada thinker sangat tidak efektif, Hidup mereka berjalan dengan berpikir. Thinker tidak mudah tertipu, sebagian besar tertipu HANYA oleh orang terdekat.

Terakhir, thinker yang dewasa tahu kapan harus berbohong, begitu juga feeler yang dewasa tahu kapan harus jujur.
Sudahkah kita jujur dan berbohong pada tempatnya?

Rumit? iyah...

kita diciptakan begitu kompleks sekaligus mengagumkan.

Intinya apa? Tanyalah pada Hati & Otak masing2.. Kenali cara mereka bekerja, tenang jangan takut salah. Tuhan masih mengkaruniakan kita sesuatu yang disebut 'Akal'. Dialah pendamping Otak & Hati, pengingat ketika kita mulai keluar jalur. Hanya pengingat, sisanya kembali ke Otak atau Hati.

Salam,

Karina Arba

Komentar

Postingan Populer