Seuntai sajak, Sebuah Sketsa



Handphone bergetar, tanda sebuah notif masuk. Kulihat dm dari seseorang tak dikenal.

" do you like water?"

Aku heran dengan pertanyaannya. "Mungkin dia berkelakar", batinku. Banyak scammer di dunia maya. Sudah cukup, dan tidak penting. Hari itu hati masih terluka karena dipaksa mengingat hal yang tidak ingin diingat. Saking gak tahu harus berbuat apa, aku hanya membuka google, instagram, facebook, apapun tanpa tujuan yang jelas. Mencoba menghibur diri yang benar-benar tidak bisa dihibur.

1X24 jam setelah dm itu masuk, akhirnya ku pikir untuk membalas saja. Tidak ada salahnya membalas.

"Do I know you?"

Tak lama, pihak seberang sana membalas.

"Tidak, tapi kita bisa berkenalan. Atau paling tidak jawab pertanyaanku, Do you like water?"

"What kind of water?", ku tanya balik.

"c'mon.. Just say YES!"

"Well, yes! I like water, so what?"

Dia kemudian membalas dengan banyak emoticon dan berkata,

"Yesss! thank you. I like you too!!"

Aku semakin heran dengan manusia ini, apa maksudnya? Kemudian tidak ku balas. Kembali ia mengirim pesan.

"Aku terbuat dari 70% air. Kalau kamu menyukai air, artinya kamu menyukaiku. dan Aku juga menyukaimu. hahaha"

Pesan yang satu ini berhasil membuatku tersenyum. Yah, setidaknya setelah berusaha tersenyum melupakan luka-luka yang sedari kemarin kembali menganga, senyum kali ini senyum asli yang terjadi begitu saja.

Kemudian sejak itu, kami sering berbincang. Dari sapaan biasa, hingga pembahasan tentang matahari dan planet yang mengelilinginya, tentang puisi-puisi, sejarah dan hal-hal sederhana yang menakjubkan.

Katanya ia melihat komentarku pada akun Nasa di instagram, kemudian mengunjungi profileku dan mengirimiku dm.

Dia selalu menyapaku, setiap pagi, siang, sore, bahkan kadang kami berbincang dari malam hingga pagi menjelang.

Dia mengirimiku humor, beberapa review buku yang bagus untuk dibaca, juga puisi.

"Between us milion miles far!
But Our hearts
Two flowers next to each other"

Ia selalu berhasil membuatku tersenyum, sekaligus khawatir. Kami tinggal di negara yang berjauhan, ditambah aku ini sedang terluka. Jatuh cinta rasanya bukan lagi satu hal yang bisa ku rasa. Hambar, tapi ditemani dia meski melalui kotak elektronik, aku bahagia.

Sampai suatu hari, ia berjanji tahun ini akan menemuiku dan bersama membuat komitmen. Tapi, Laki-laki yang membuat lukaku menganga kembali membawa sebuah cincin. 

Saat itu aku seperti tidak punya lagi otak untuk berpikir, ataupun perasaan sebagai navigasi. Aku hanya lelah, lelah dengan kesemuan, dengan penantian dan ketidakpastian. Sehingga tanpa pikir panjang aku menerima cincin itu, dan melupakan laki-laki di belahan bumi ini, laki-laki baik, humoris, juga cerdas.

Setelah ia tahu, ia perlahan menghilang. Namun kalimatnya terus bergema.

"Dia mencintaimu, Kamu harus mencintai dia juga. Jadilah pasangan yang baik baginya."

Kehebatan laki-laki terlihat saat ia marah, terlebih kepada perempuan. Aku tahu ia marah, namun rasa sayangnya lebih besar dari amarahnya.

Kita dipertemukan bukan tanpa alasan, meskipun sebentar setidaknya Tuhan menunjukkan padaku bahwa ternyata masih ada laki-laki sejati. Laki-laki baik, yang tulus dan setia meski terpisah jarak.

Dia laki-laki yang tidak suka didekati banyak perempuan, terlihat dari akun instagramnya yang tidak memfollow perempuan-perempuan lain selain aku. Aneh. tapi beneran ada. Bahkan jika ada perempuan yang memfollownya, dia bertanya padaku untuk menerima permintaan tersebut atau tidak.

Aku kalah, sistem pertahananku dihancurkan. Untuk yang kesekian kali, aku jatuh lagi. Tapi entah kenapa, aku segera membangun kembali benteng-benteng pertahananku. Aku menerima tapi tidak ingin berkomitmen, aku tidak ingin diberi kesemuan lagi. Semua perlakuannya padaku, membuatku merasa menjadi perempuan utuh lagi, aku merasa sangat dicintai. Aku ingin dia, tapi mungkin tak butuh dia.

Ada banyak perempuan yang lebih baik diluar sana yang akan menjadi pendampingnya kelak. Sekarang yang kupunya hanya sketsa wajahnya dan beberapa patah kata dari sajaknya yang masih teringat.



Jika setiap perempuan mempunyai dilannya. Maka ia adalah dilanku, dilan 2018.

Love,

Karina Arba

Komentar

Postingan Populer